Kelarutan
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute),
untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah
maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan
hasil disebut larutan
jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu
pelarut. Contohnya adalah etanol
di dalam air.
Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible.
Pelarut
umumnya merupakan suatu cairan
yang dapat berupa zat murni ataupun campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan
bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut,
seperti perak klorida dalam air.
Istilah "tak larut" (insoluble) sering diterapkan pada senyawa
yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit kasus yang
benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi, titik
kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan yang
disebut lewat jenuh (supersaturated)
yang metastabil.Larutan
A. Pengertian
Larutan
adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut. Misal : terdispersi secara molekular dalam pelarut yang
sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur.
Karena molekul-molekul dalam pelarut terdispersi secara
merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan
jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan
diencerkan atau dicampur.
Ada 2 reaksi dalam larutan, yaitu:
a) Eksoterm, yaitu proses melepaskan panas dari
sistem ke lingkungan, temperatur dari campuran reaksi akan naik dan energi
potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan akan turun.
b) Endoterm, yaitu menyerap panas dari lingkungan
ke sistem, temperatur dari campuran reaksi akan turun dan energi potensial dari
zat- zat kimia yang bersangkutan akan naik.
Larutan dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a) Larutan tak jenuh yaitu larutan yang
mengandung solute (zat terlarut) kurang dari yang diperlukan untuk membuat
larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tidak
tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa melarutkan zat). Larutan tak
jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion < Ksp berarti larutan
belum jenuh ( masih dapat larut).
b) Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang
mengandung sejumlah solute yang larut dan mengadakan kesetimbangn dengan solut
padatnya. Atau dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tepat habis
bereaksi dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh
terjadi apabila bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh.
c) Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu
suatu larutan yang mengandung lebih banyak solute daripada yang diperlukan
untuk larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang tidak dapat lagi
melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan. Larutan sangat jenuh terjadi
apabila bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh
(mengendap).
Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut, larutan dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu:
a) Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung
relatif lebih banyak solute dibanding solvent.
b) Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih
sedikit solute dibanding solvent.
Zat pelarut disebut juga solvent, sedangkan zat yang
terlarut disebut solute. Solvent yang biasa dipakai :
·
Air,
untuk macam-macam garam.
·
Spirtus,
misalnya untuk kamfer, iodium, menthol.
·
Gliserin,
misalnya untuk tanin, zat samak, borax dan fenol.
·
Eter,
misalnya untuk kamfer, fosfor dan sublimat.
·
Minyak,
misalnya untuk kamfer dan menthol.
·
Parafin,
liquidum, untuk cera, cetaceum, minyak-minyak, kamfer, menthol dan klorbutanol.
·
Eter
minyak tanah, untuk minyak-minyak lemak.
Faktor Yang Mempengaruhi Kelarutan
1. Sifat dari
solute dan solvent
Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar
pula. Misalnya garam-garam anorganik larut dalam air. Solute yang nonpolar
larut dalam solvent yang nonpoar pula. Misalnya alkaloid basa (umumnya senyawa
organik) larut dalam kloroform.
2. Cosolvensi
Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan
suatu zat karena adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut.
Misalnya luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air dan
gliserin atau solutio petit.
3. Kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut,
sedangkan zat yang sukar larut memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat
anorganik yang digunakan dalam farmasi umumnya adalah :
Dapat larut dalam air
Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua garam nitrat larut kecuali nitrat
base. Semua
garam sulfat larut kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4.
Tidak larut dalam
air
Semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3, Na2CO3.
Semua oksida dan hidroksida tidak
larut kecuali KOH,
NaOH, BaO, Ba(OH)2. semua garam phosfat tidak larut kecuali K3PO4,
Na3PO3.
4. Temperatur
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya
dinaikkan, zat padat tersebut dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses
kelarutannya membutuhkan panas.
Zat terlarut + pelarut + panas → larutan.
Beberapa zat yang lain justru kenaikan temperatur
menyebabkan tidak larut, zat tersebut dikatakan bersifat eksoterm, karena pada
proses kelarutannya menghasilkan panas.
Zat terlarut + pelarut → larutan + panas
Contoh : KOH dan K2SO4
Berdasarkan pengaruh ini maka beberapa sediaan
farmasi tidak boleh dipanaskan, misalnya :
Ø Zat-zat yang atsiri, Contohnya : Etanol dan minyak
atsiri.
Ø Zat yang terurai, misalnya : natrium karbonas.
Ø Saturatio
Ø Senyawa-senyawa kalsium, misalnya : Aqua calsis.
5. Struktur Kimia
a)
Momen dipole
b)
Konstanta dielektrik bahan
pelarut
Konstanta
dielektrik adalah suatu besaran tanpa dimensi dan merupakan rasio antara
kapasitas elektrik medium (Cx) terhadap vakum (Cv). Dirumuskan sebagai berikut.
ε = CX/CV
Besarnya
konstanta dielektrik, menurut Moore, dapat diatur dengan menambahkan bahan
pelarut lain. Tetapan dielektrik suatu campuran bahan pelarut merupakan hasil
penjumlahan tetapan dielektrik masing-masing sesudah dikalikan dengan % volume
setiap komponen pelarut.
Adakalanya
suatu zat lebih mudah larut dalam pelarut campuran dibandingkan dengan pelarut
tunggalnya. Fenomena ini dikenal dengan istilah
co-solvency. Bahan pelarut di dalam pelarut campur yang mampu
meningkatkan kelarutan zat disebut co-solvent. Etanol, gliserin, dan propilen
glikol merupakan contoh-contoh co-solvent yang umum digunakan dalam bidang
farmasi, khususnya dalam pembuatan sediaan eliksir.
c)
Ikatan Hidrogen
Contoh
ikatan hydrogen yaitu OH, NH, SH dan HF Yang dapat berikatan dengan hydrogen
dan tertarik ke air.
d)
Kompleksasi
6. Salting Out
Salting Out adalah Peristiwa adanya zat terlarut
tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan
menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada
reaksi kimia. Contohnya : kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila
kedalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.
7. Salting In
Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu
yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam solvent menjadi lebih besar.
Contohnya : Riboflavin tidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan yang
mengandung Nicotinamida.
8. Pembentukan
Kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya
interaksi antara senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam
kompleks. Contohnya : Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh.
Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh :
v Ukuran partikel : Makin halus solute, makin kecil ukuran
partikel ; makin luas permukaan solute yang kontak dengan solvent, solute makin
cepat larut.
v Suhu : Umumnya kenaikan suhu menambah kenaikan kelarutan
solute.
v Pengadukan.
Daftar Pustaka :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar